Aku – terlalu buntu,
Mengharap setitik cahaya darimu,
Tatkala kalbu meminta sebutir rindu,
Untuk diteteskan pada jasad umpama
batu,
Andai kau mampu mendengar bicara
puisi,
Melihat jari-jariku menari di warkah
suci,
Mengunyah ilham di benak fikiran,
Lalu, memuntahkan rasa di perhentian
paran,
Namun mengapa kau membenci,
Rasa syahdu terbuku di kalbu,
Wahai kalam, cukuplah engkau
memcaci!
Menanam selumbar berbisa paku
Engkau – membuat aku menjadi sasau,
Dilabel pemuisi jalanan yang buta
nan gila
Kerna kerap beraksi dengan lagak
igau,
Namun terdapat kebun rasa tertanam
jiwa,
#FakePoetry







